BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Ø Sejarah
Ganyong (Canna
edulis Kerr) adalah tanaman herba yang berasal dari Amerika Selatan.
Rhizoma atau umbinya bila sudah dewasa dapat dimakan dengan mengolahnya
terlebih dahulu, atau untuk diambil patinya. Saat panen umbi, sangat tergantung
dari daerah tempat menanamnya. Di dataran rendah sudah bisa dipanen pada umur 6
- 8 bulan, sedang di daerah yang hujannya sepanjang tahun, waktu panennya lebih
lama, yaitu pada umur 15 - 18 bulan. Dewasanya umbi biasanya ditandai dengan
menguningnya batang dan daun tanaman
Ganyong
adalah tanaman umbi-umbian yang termasuk dalam tanaman dwi tahunan (2 musim)
atau sampai beberapa tahun, hanya saja dari satu tahun ke tahun berikutnya
mengalami masa istirahat, daun-daunnya mengering lalu tanamannya hilang sama
sekali dari permukaan tanah. Pada musim hujan tunas akan keluar dari mata-mata
umbi atau rhizomanya. Ganyong sering dimasukkan pada tanaman umbi-umbian,
karena orang bertanam ganyong biasanya untuk diambil umbinya yang kaya akan
karbohidrat, yang disebut umbi disini sebenarnya adalah rhizoma yang merupakan
batang yang tinggal didalam tanah. Tanaman ini berasal dari Amerika
Selatan, tapi sekarang tanaman ini telah tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali, tanaman ini telah diusahakan
penduduk walaupun secara sampingan. Ganyong mereka tanam sebagai tanaman sela
bersama jagung sesudah panen padi gogo. Umbi yang dipanennya dibuat tepung,
ternyata hasil penjualan tepung ini dapat menambah penghasilan penduduk yang
sangat berarti.
Ø Taksonomi
Tanaman
ganyong yang banyak tumbuh di daerah tropis ini, termasuk dalam :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingeberales
Famili : Cannaceae
Genus : Canna
Spesies : Canna edulis Ker.
Tanaman ini
tetap hijau sepanjang hidupnya. Warna batang, daun dan pelepahnya tergantung
pada varietasnya, begitu pula warna sisik umbinya. Tingginya 0,9-1,8 meter.
Sedang apabila diukur lurus, panjang batangnya bisa mencapai 3 meter. Panjang
batang dalam hal ini diukur mulai dari ujung tanaman sampai ujung rhizoma atau
sering disebut dengan umbi.
Ø Varietas
Ganyong
Di Indonesia dikenal dua kultivar atau varietas
ganyong, yaitu ganyong merah dan ganyong putih. Ganyong merah
ditandai dengan warna batang, daun dan pelepahnya yang berwarna merah atau
ungu, sedang yang warna batang, daun dan pelepahnya hijau dan sisik umbinya
kecoklatan disebut dengan ganyong putih. Dari kedua varietas tersebut mempunyai
beberapa berbedaan sifat, sebagai berikut
A.
Ganyong
Merah
Batang lebih besar. Agak tahan kena
sinar dan tahan kekeringan Sulit menghasilkan biji Hasil umbi basah lebih besar
tapi kadar patinya rendah Umbi lazim dimakan segar (direbus)
B.
Ganyong
Putih
Lebih kecil dan pendek Kurang tahan
kena sinar tetapi tahan kekeringan Selalu menghasilkan biji dan bisa
diperbanyak menjadi anakan tanaman Hasil umbi basah lebih kecil, tapi kadar
patinya tinggi, Hanya lazim diambil patinya.
Daerah yang
telah membudidayakan ganyong secara insentif adalah daerah pegunungan Andes
(Amerika Selatan). Didaerah ini dikenal dua varietas ganyong yaitu verdes
dan morados. Verdes mempunyai umbi berwarna putih dengan daun hijau
terang, sedangkan umbi morados tertutup sisik yang berwarna ungu.
Tanaman ini
dibudidayakan secara teratur di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur Pembudidayaan
tidak teratur meliputi daerah D.I. Yogyakarta, Jambi, Lampung dan Jawa Barat.
Sedangkan di Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Maluku, tanaman ini belum dibudidayakan
dan masih merupakan tumbuhan liar dipekarangan dan dipinggir-pinggir hutan.
Pada umumnya para petani yang telah membudidayakan tanaman ganyong tersebut
melakukan penyiangan, pembumbunan tetapi belum melaksanakan pemberantasan
hama/penyakit. Usaha pemupukan hanya di Jawa Barat, Jawa Timur, D.I. Yogyakarta
dan Sulawesi Tengah. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang y
Ø Morfologi
Bentuk
tanaman ganyong adalah berumpun dan merupakan tanaman herba, semua bagian
vegetatif yaitu batang, daun serta kelopak bunganya sedikit berlilin. Tanaman
ini tetap hijau disepanjang hidupnya, di akhir hidupnya, dimana umbi telah
cukup dewasa, daun dan batang mulai mengering. Keadaan seperti ini seakan-akan
menunjukkan bahwa tanaman mati, padahal tidak. Karena bila hujan tiba maka
rimpang atau umbi akan bertunas dan membentuk tanaman lagi.
Tinggi
tanaman ganyong antara 0.9 - 1,8 meter. Bahkan di Queensland dapat mencapai 2,7
meter. Sedang untuk daerah Jawa, tinggi tanaman ganyong umumnya 1,35 – 1,8
meter. Apabila diukur lurus, maka panjang batang bisa mencapai 3 meter. Panjang
batang dalam hal ini di ukur mulai dari ujung tanaman sampai ujung rhizoma atau
yang sering disebut dengan umbi.
Apabila
diperhatikan ternyata warna batang, daun, pelepah daun dan sisik umbinya sangat
beragam. Adanya perbedaan warna ini menunjukkan varietasnya.
1) Daun
Tanaman
ganyong daunnya lebar dengan bentuk elip memanjang dengan bagian pangkal dan ujungnya
agak runcing. Panjang daun 15 - 60 sentimeter, sedangkan lebarnya 7 - 20
sentimeter. Di bagian tengahnya terdapat tulang daun yang tebal. Warna daun
beragam dari hijau muda sampai hijau tua. Kadang-kadang bergaris ungu atau
keseluruhannya ungu. Demikian juga dengan pelepahnya ada yang berwarna ungu dan
hijau.
2) Bunga
Ukuran bunga
ganyong yang biasa diambil umbinya relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan
ganyong hias atau yang sering disebut dengan bunga kana yaitu Canna
coccinae, Canna hybrida, Canna indica dan lain-lainnya.
Warna bunga
ganyong ini adalah merah oranye dan pangkalnya kuning dengan benangsari tidak
sempurna. Jumlah kelopak bunga ada 3 buah dan masing-masing panjangnya 5
sentimeter.
3) Buah
Tanaman
ganyong juga berbuah, namun tidak sempurna dan berentuk. Buah ini terdiri dari
3 ruangan yang berisi biji berwarna hitam sebanyak 5 biji per ruang.
4) Umbi
Tanaman
ganyong berumbi besar dengan diameter antara 5 - 8,75 cm dan panjangnya 10 - 15
cm, bahkan bisa mencapai 60 cm, bagian tengahnya tebal dan dikelilingi
berkas-berkas sisik yang berwarna ungu atau coklat dengan akar serabut tebal.
Bentuk umbi beraneka ragam, begitu juga komposisi kimia dan kandungan gizinya.
Perbedaan komposisi ini dipengaruhi oleh umur, varietas dan tempat tumbuh
tanaman.
Ø Syarat tumbuh
A.
Tempat Tumbuh
Seperti
telah disebutkan di atas, tanaman ganyong tidak memerlukan syarat-syarat iklim
tertentu yang sulit untuk dipenuhi. Hanya saja tanaman ini tidak tahan di
daerah yang anginnya kuat, karena ganyong merupakan tanaman herba atau terna
hingga mempunyai batang yang rapuh dan tidak tahan terhadap serangan angin.
Pada daerah berangin kuat, tanaman ini sangat memerlukan lajur-lajur pelindung
untuk mempertahankan hidupnya. Meskipun ganyong toleran terhadap suhu udara tapi
umumnya tanaman ini baru akan tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 - 250 meter
dpl. Tetapi hal ini tidak mutlak, karena di Hawai tanaman ini justru
berproduksi maksimal pada daerah yang mempunyai ketinggian dibawah 450 meter
dpl sementara di Peru, di daerah dengan ketinggian di atas 2.550 meter dpl,
ganyong masih mampu tumbuh subur.
B.
Suhu
Pertumbuhan
ganyong di daerah tropis sangat baik sekali. Di daerah yang sangat dingin
tanaman ini juga dapat hidup, tetapi proses pembentukan umbi untuk menuju
dewasa cukup lama. Di daerah yang suhu udaranya pada siang hari sangat tinggi
dan pada malam harinya sangat rendah, tanaman ini pun mampu hidup dan
berkembang biak dengan baik. Misalnya di daerah Aparimacgorge/Peru yang pada
siang hari bersuhu 320C dan pada malam hari cuma 70C.
Kenyataannya tanaman ganyong tersebar luas di daerah tersebut.
C.
Curah Hujan
Curah hujan
merupakan salah satu syarat untuk menunjang kehidupan suatu tanaman. Tanaman
ganyong memerlukan curah hujan yang sedang-sedang saja, tidak terlalu tinggi
juga tidak terlalu rendah, sehingga tanaman ini dapat hidup dengan baik di
musim kemarau atau didaerah kering. Misalnya di Hawai yang curah hujan
tahunannya hanya 112 cm, tanaman mampu tumbuh dengan baik dan hasilnya sangat
memuaskan.
Jumlah embun
juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman ini. Embun yang terlalu banyak sering
mengakibatkan kelainan pada pertumbuhan daun dan merusak perkembangan umbinya.
D.
Tanah
Setiap
tanaman memang menghendaki jenis-jenis tanah tertentu. Tidak demikian halnya
dengan tanaman ganyong, yang dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Hanya di
jenis tanah liat berat sajalah tanaman akan tumbuh kurang baik, karena sistem
drainase pada tanah jenis ini biasanya jelek. Bila terpaksa harus ditanam pada
jenis tanah ini, maka drainasenya harus dibuat memadai. Drainase yang memadai
dapat di tempuh dengan cara membuat saluran-saluran air atau ditanam dengan
sistem guludan.
Apabila
ingin mendapatkan hasil yang optimal, maka sebaiknya ganyong ditanam pada
tanah-tanah lempung berpasir yang kaya humus.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Budidaya Tanaman Ganyong
A. Pemilihan Bibit
Tanaman
ganyong dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Secara generatif
yaitu dengan menggunakan bijinya, namun sangat jarang dilakukan petani kecuali
oleh peneliti, dimana jumlah bijinya relatif sedikit dan umur lebih lama.
Perbanyakan yang dilakukan petani adalah dengan vegetatif yang menggunakan umbi
berukuran sedang dengan tunas 1 - 2. Kebutuhan bibit per hektarnya + 2
ton. Untuk mencegah kerusakan bibit akibat penyakit busuk umbi sebelum ditanam
dapat dilakukan pencelupan bibit pada larutan CuSO4 10 %.
B.Pengolahan Tanah
·
Alat-alat yang diperlukan
Alat-alat
yang digunakan dalam mengolah tanah untuk bertanaman ganyong sangat sedikit
sekali, ini karena ganyong tidak ditanaman di lumpur seperti halnya padi. Jadi
alat-alat yang digunakan cukup ganco atau garpu dan cangkul. Bila dilahan yang
akan ditanami masih terdapat semak-semak, maka sabit juga diperlukan untuk
membersihkan semak tersebut.
·
Teknik Pengolahan Tanah
Pada musim
kemarau tanah sebaiknya diganco dulu. Pada saat ini tanah terbalik dan rumput-rumput
terbenam di dalam tanah. Selanjutnya rumput ini akan membusuk dan menjadi bunga
tanah. Setelah hujan tiba, tanah segera dicangkul dan diratakan. Pengerjaan
pengolahan tanah tersebut mengakibatkan tanah menjadi gembur sehingga air dan
udara leluasa bergerak di dalamnya. Selain itu penggemburan tanah bisa membuat
umbi ganyong leluasa berkembang, sehingga akan diperoleh umbi yang berukuran
lebih besar.
Pada tanah
liat berat sebaiknya dibuat guludan agar drainasenya bisa sempurna. Sedang pada
jenis tanah yang lain, tanah cukup dibuat bedengan-bedengan. Umumnya bedengan
ini lebarnya 120 cm dan panjangnya tidak dibatasi. Tinggi bedengan 25-30 cm dan
jarak antara satu bedengan dengan bedengan lainnya 30-50 cm.
Berhubung
ganyong senang sekali tumbuh pada tanah yang kaya humus, maka pada saat
meratakan tanah dapat diberikan pupuk dasar. Pupuk dasar ini berupa kandang
atau kompos sebanyak 25 sampai 30 ton tiap hektar.
C. Waktu Penanaman
Penanaman
ganyong biasanya dilakukan saat awal musim hujan, yaitu antara bulan Oktober
sampai Desember.
D. Jarak Tanam dan Penanaman
Membuat
lubang tanam merupakan langkah petama pada tahap ini. Dalamnya lubang tanaman
12,5 - 15 cm dibuat secara lajur atau berbaris.
Jarak
tanaman yang digunakan untuk bertanam ganyong sangat tergantung pada jenis dan
keadaan tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian. Karena adanya perbedaan
tersebut, jenis tanah sangat mempengaruhi kesuburan pertumbuhan tanaman dan
umbi. Selain berdasarkan jenis tanah, jarak tanam juga diperhitungkan dengan
berlandasan populasi optimum tanaman per hektarnya.
Pada tanah
liat dianjurkan menggunakan jarak tanam 90 x 90 cm, dengan jarak barisan 90 cm
begitu juga jarak antara barisannya.
Jika yang
tersedia adalah lahan yang masih banyak ditumbuhi oleh rerumputan atau
alang-alang, maka sebaiknya digunakan jarak tanam yang lebih lebar lagi yaitu
135 cm x 180 cm, sedang untuk tanah liat berat di gunakan jarak tanam 120 cm x
120 cm. Di tanah-tanah pegunungan yang biasanya tanah miring dan sudah
dikerjakan menjadi teras-teras, ini sangat menguntungkan, karena selain hasil
lahan akan bertambah juga dapat memperkuat teras-teras tersebut. Jarak tanam
yang digunakan dalam hal ini adalah 50 cm urut sepanjang tepi teras.
Lain lagi
halnya di Peru, di daerah ini jarak tanam yang digunakan adalah 60 – 100 cm
antara tanaman dan 100 - 150 cm antara barisan.
E. Pemeliharaan
Pemeliharaan
tanaman ganyong yang sangat penting adalah penyiangan, pembumbunan dan
pemupukan.
Kebersihan
bedengan atau areal tanaman dari gangguan gulma perlu sekali diperhatikan,
terutama pada masa awal pertumbuhannya. Karena pada masa ini bibit yang mulai
bertunas banyak sekali memerlukan air, udara dan unsur-unsur hara serta sinar
matahari yang cukup untuk menunjang pertumbuhannya terutama untuk memperbanyak
akar. Apabila banyak gulma yang tumbuh, tentu saja sejumlah unsur-unsur hara
tersebut digunakan oleh gulma, sehingga pertumbuhan ganyong yang masih muda ini
merana.
Pembumbunann
adalah suatu usaha untuk menggemburkan tanah. Tanah yang gembur akan membuat
umbi yang terbentuk dapat berkembang dengan leluasa. Pembumbunan dapat dimulai
pada saat ganyong berumur 2 - 2,5 bulan.
Karena
ganyong menyenangi tanah yang gembur, maka pupuk yang sangat diperlukan adalah
pupuk kandang atau kompos. Pupuk ini bila perlu dapat diberikan bersamaan
dengan pembumbunan.
F. Hama dan Penyakit
Ganyong adalah tanaman yang relatif bebas dari
serangan hama dan penyakit. Walaupun demikian di daerah-daerah yang telah
membudidayakan ganyong secara intensif, sering ditemui hama dan penyakit
sebagai berikut :
ü
Belalang dan Kumbang
Akibat
kerusakan dari kedua hama ini sebenarnya tidak secara langsung, tetapi
merupakan akibat sekunder. Belalang dan kumbang biasanya menyerang tanaman
dengan memakan daun-daun ganyong, dengan demikian jumlah permukaan daun
berkurang akibatnya fotosintesis berkurang, dan akibatnya pembentukan umbipun
terhambat.
Untuk
mengatasinya dapat dilakukan pemberantasan secara kimiawi, dengan insektisida
Agrothion 50, dosis 0,6 – 2 l/ha.
ü
Agrotis spp. (Ulat Tanah)
Ulat Agrotis
ini terutama menyerang tanaman muda yaitu bagian batang dan tangkai daun,
akibatnya tanaman rebah. Kerusakan semacam ini dapat mengakibatkan kerugian
yang berarti, karena tanaman muda tersebut bisa mati. Cara pemberantasannya
dapat dengan kultur teknis, yaitu dengan pembersihan rerumputan di sekitar
tanaman. Dapat juga dengan mengumpulkan ulat-ulat tanah tersebut di siang hari,
karena pada siang hari ulat-ulat ini berada di sekitar pangkal batang. Cara
pemberantasan yang terakhir dengan menggunakan insektisida Dursban 20%E.C.,
Hostathion 40 % E.C. dan Phosvel 30 % E.C
ü
Yang menyerang hasil panenan
Hasil
panenan ganyong juga diserang oleh hama dan penyakit. Hama tersebut adalah Calopodes
ethlius dan Cobalus cannae. Penyakitnya Fusarium spp, Puccinia
cannae dan Rhizoctonia spp. Dengan adanya serangan penyakit
tersebut, akibatnya umbi bercendawaan dan busuk. Untuk menghindarinya, umbi
janganlah diletakkan pada tempat yang lembab.
G.Pemanenan
v PANEN
Ada
bermacam-macam pendapat tentang masa panen umbi ganyong, ini karena tidak ada
batas masa pendewasaan umbi. Tetapi umumnya pendewasaan umbi dipengaruhi oleh
ketinggian daerah tempat hidupnya. Pada umur 6 - 8 bulan setelah tanam, umbi
biasanya sudah cukup dewasa dan bisa panen tetapi, biasanya belum dapat diambil
patinya, tetapi untuk bahan makanan sampingan misalnya direbus atau dibakar.
Pada dataran
tinggi yang umumnya tertimpa hujan hampir sepanjang tahun, masa pendewasaan
umbi lebih lama daripada di dataran rendah. Ini karena pembentukan pati
terhambat. Dengan demikian umbi baru bisa dipanen setelah umur satu tahun atau
umumnya 15 - 18 bulan.
Di dataran
rendah, kandungan pati mencapai puncaknya pada umur satu tahun, lebih dari satu
tahun justru kandungan patinya berkurang, ini di sebabkan setelah satu tahun
musim hujan telah tiba, sehingga pati sebagai cadangan makanan tumbuhan
tersebut terurai dan muncullah tunas baru.
Sebagai
patokan yang pasti, umbi dianggap dewasa apabila telah ditandai dengan
mengeringnya batang dan daun-daun tanaman.
Cara
pemanenan bisa dilakukan dengan cara pencabutan apabila batang tanaman ganyong
belum rapuh, bila telah rapuh dapat dengan cara mencongkelnya dengan tongkat
besi, kayu atau sejenisnya.
Jumlah hasil
panenan ganyong berubah-ubah atau sangat tergantung pada perawatan tanaman,
jenis tanah dan sebagainya. Di Jawa, per arenya menghasilkan 30 kuintal, sedang
di Hawaii per tahunnya tiap acre (4046,86 meter persegi) menghasilkan 18 - 20
ton umbi yang berumur 8 bulan.
v PASCA PANEN
Skema pembuatan tepung ganyong
|
|
BAB III
KESIMPULAN
3.1
Kesimpulan
Ganyong adalah tanaman yang cukup potensial sebagai sumber
karbohidrat, maka sudah sepatutnya dikembangkan. Hasilnya selain dapat
digunakan untuk penganekaragaman menu rakyat, juga mempunyai aspek yang penting
untuk bahan dasar industri.
Umbi ganyong bisa digunakan sebagai
pengganti pangan alternatif karena
mengandung karbohidrat lebih tinggi dari pada kentang walaupun lebih rendah
dari pada singkong. Begitu juga dengan kandungan fhospor, kalsium, mineral dan
zat besi.
Kegunaan ganyong yang utama memang ada dua yaitu
umbinya sebagai bahan pangan bisa di rebus atau dibakar, dan bunga atau daun
serta batang bisa digunakan untuk pakan ternak.
Tetapi jika sudah diolah menjadi tepung, banyak aneka
makanan yang bisa dibuat dari ganyong sebagai bahan dasar.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Nuryadin,andi SE, budidaya ganyong. FEATI/P3TIP KAB. SINJAI. 7 oktober
2008
2. budidaya ganyong, direktorat
tanaman pangan, 11 juli 2009
terimakasih, sangat bermanfaat
BalasHapus
BalasHapusPUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO
menyediakan PUPUK ORGANIK CAIR (POC) untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www.tokopedia.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro